Setiap bangsa mempunyai pakaian
tradisional yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Namun beberapa
diantaranya mempunyai kemiripan, salah satunya adalah pakaian tradisional dari
kota Yogyakarta di Indonesia dengan pakaian tradisional Korea; Han-Bok.
Each nation has a traditional outfit that has a
characteristic different. But some of them have similarities, one of which is
the traditional dress of the city of Yogyakarta in Indonesia with Korean
traditional dress; Han-Bok.
Di Yoyakarta dibedakan menjadi
baju atasan dan baju bawahan. Pakaian tradisinal pria di Yogyakarta berupa baju
atasan yang disebut beskap dipadu dengan kain bercorak batik khas Yogyakarta
yang modelnya memanjang ke bawah. Dan pakaian tradisional wanita di Yogyakarta
disebut kebaya, yaitu perpaduan anatara baju atasan khas Yogya yang modelnya
hampir serupa dengan hem lengan panjang hanya kancingnya berada di sisi dalam
dengan kain yang bercorak batik khas Yogya yang modelnya memanjang ke bawah.
In Yoyakarta divided into tops and dresses
subordinates. Tradisinal clothes a man in Yogyakarta called beskap tops
combined with typical Yogyakarta batik patterned cloth that extends down model.
And women in traditional dress called kebaya Yogyakarta, which is a combination
anatara typical Yogya tops similar to the model almost long sleeve shirt
buttoned only on the inner side with typical batik patterned cloth Yogya model
extends downward.
Di Korea pakaian tradisionalnya
yang lebih dikenal dengan nama Han-bok, yang mempunyai suatu ciri khas
tersendiri. Han-bok untuk kaum wanita yaitu pakaian (chi-ma) dan kebaya
(jo-go-ri). Sedangkan kaum pria, chi-ma dipadu dengan celana (ba-ji).
In Korean traditional dress, better known by
the name of Han-bok, who has a distinctive characteristics. Han-bok, namely
clothing for women (chi-ma) and kebaya (jo-go-ri). Whereas men, chi-ma combined
with pants (ba-ji).
Dari masa ke masa dalam sejarah
Korea, Han-bok mengalami perubahasn, yaitu panjang pendeknya kebaya wanita
(jo-go-ri) dan pada sempit luasnya celana laki-laki (ba-ji). Seperti pada
pertengahan Kerajaan Lee, Han-bok mengalami perubahan besar karena adanya seni
budaya dari luar negri. Saat itu, chi-ma dan jo-go-ri untuk wanita semakin
pendek. Hal tersebut tertulis dalam kitan I-jo-sil-rok. Dan pada tahun 1550
panjang chi-ma dan ba-ji untuk laki-laki jauh lebih panjang. Namun, walau H-bok
mengalami perubahan, Han-bok tetap bertahan untuk tidak meninggalkan bentuk
aslinya.
From time to time in the history of Korea,
Han-bok had perubahasn, the length of the short kebaya woman (jo-go-ri) and the
narrow width men's briefs (ba-ji). As in the mid-Royal Lee, Han-bok undergone
major changes due to the art and culture of a foreign country. At that time,
chi-ma and jo-ri-go for the shorter women. It is written in the Kitan
I-jo-sil-skirt. And in 1550 the long chi and ba-ma-ji for men is much longer.
However, although H-bok change, Han-bok persisted not to abandon its original
form.
Semoga penulisan mengenai Han-bok
ini semakin menambah wawasan untuk para pecinta Korea.