Selasa, 03 September 2013

About Korea - HanBok

Setiap bangsa mempunyai pakaian tradisional yang memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Namun beberapa diantaranya mempunyai kemiripan, salah satunya adalah pakaian tradisional dari kota Yogyakarta di Indonesia dengan pakaian tradisional Korea; Han-Bok.

Each nation has a traditional outfit that has a characteristic different. But some of them have similarities, one of which is the traditional dress of the city of Yogyakarta in Indonesia with Korean traditional dress; Han-Bok.

Di Yoyakarta dibedakan menjadi baju atasan dan baju bawahan. Pakaian tradisinal pria di Yogyakarta berupa baju atasan yang disebut beskap dipadu dengan kain bercorak batik khas Yogyakarta yang modelnya memanjang ke bawah. Dan pakaian tradisional wanita di Yogyakarta disebut kebaya, yaitu perpaduan anatara baju atasan khas Yogya yang modelnya hampir serupa dengan hem lengan panjang hanya kancingnya berada di sisi dalam dengan kain yang bercorak batik khas Yogya yang modelnya memanjang ke bawah.

In Yoyakarta divided into tops and dresses subordinates. Tradisinal clothes a man in Yogyakarta called beskap tops combined with typical Yogyakarta batik patterned cloth that extends down model. And women in traditional dress called kebaya Yogyakarta, which is a combination anatara typical Yogya tops similar to the model almost long sleeve shirt buttoned only on the inner side with typical batik patterned cloth Yogya model extends downward.

Di Korea pakaian tradisionalnya yang lebih dikenal dengan nama Han-bok, yang mempunyai suatu ciri khas tersendiri. Han-bok untuk kaum wanita yaitu pakaian (chi-ma) dan kebaya (jo-go-ri). Sedangkan kaum pria, chi-ma dipadu dengan celana (ba-ji).

In Korean traditional dress, better known by the name of Han-bok, who has a distinctive characteristics. Han-bok, namely clothing for women (chi-ma) and kebaya (jo-go-ri). Whereas men, chi-ma combined with pants (ba-ji).

Dari masa ke masa dalam sejarah Korea, Han-bok mengalami perubahasn, yaitu panjang pendeknya kebaya wanita (jo-go-ri) dan pada sempit luasnya celana laki-laki (ba-ji). Seperti pada pertengahan Kerajaan Lee, Han-bok mengalami perubahan besar karena adanya seni budaya dari luar negri. Saat itu, chi-ma dan jo-go-ri untuk wanita semakin pendek. Hal tersebut tertulis dalam kitan I-jo-sil-rok. Dan pada tahun 1550 panjang chi-ma dan ba-ji untuk laki-laki jauh lebih panjang. Namun, walau H-bok mengalami perubahan, Han-bok tetap bertahan untuk tidak meninggalkan bentuk aslinya.

From time to time in the history of Korea, Han-bok had perubahasn, the length of the short kebaya woman (jo-go-ri) and the narrow width men's briefs (ba-ji). As in the mid-Royal Lee, Han-bok undergone major changes due to the art and culture of a foreign country. At that time, chi-ma and jo-ri-go for the shorter women. It is written in the Kitan I-jo-sil-skirt. And in 1550 the long chi and ba-ma-ji for men is much longer. However, although H-bok change, Han-bok persisted not to abandon its original form.

Semoga penulisan mengenai Han-bok ini semakin menambah wawasan untuk para pecinta Korea.