Penulis yang baik, konon
bekerja mulai dari apa yang ia tahu. Penulis yang lebih baik mestinya
memperkaya apa yang ia tahu itu dengan banyak hal yang orang lain belum tahu.
Harus punya banyak akal untuk membuat mereka penasaran.
Sebagai mana awal dari
sebuah karya kreatif, aku memulai proses berkarya dengan beberapa pertanyaan.
Selama beberapa tahun
terakhir ini aku banyak bertanya tentang sebuah makna perubahan, kelahiran, dan
kematian. Meski sudah banyak pertanyaan yang aku pertanyakan, masih saja
terselip pertanyaan tentang cinta, persahabatan, dan kekeluargaan.
Pertanyaan tentang
kelahiran “Dimanakah aku sebelum aku dilahirkan? Apakah aku ada dalam rahim
ibu? Tetapi jiwaku? Jika didalam rahim ibu aku sudah memiliki jiwa, berarti aku
bisa merasakan sesak sempitnya rahim!”.
Dan pertanyaan tentang
kematianlah yang paling aku pertanyakan “Seperti apa mati itu?” “Apa yang
dilakukan orang yang telah meninggal?” “Apakah orang yang sakit akan bisa
merasakan sakitnya ketika mereka sudah meninggal?” “Apa masih bisa aku
mengingat orang yang aku sayang ketika aku telah tiada?” “Apa sebenarnya Surga
itu? Dan apa Neraka itu?”
Dan ini pertanyaanku yang
mungkin lebih banyak tentang cinta “Mengapa cinta harus ada disetiap manusia?” “Mengapa
dua dari mereka saling bertemu dan merajut cinta?” “Kenapa selalu ada kata
pengorbanan untuk pembuktian cinta?” “Apa arti cinta dalam harfiahnya?” “Apa
itu kesetiaan?” “Cinta bisa hadir karena terbiasa! Apa semudah itu?” “Kenapa
harus ada yang namanya, cinta tak terbalas?”
“Kenapa harus ada tetesan airmata demi cinta?” “Kenapa harus ada yang namanya perpisahan?”
“Kenapa harus ada tetesan airmata demi cinta?” “Kenapa harus ada yang namanya perpisahan?”
Berbagai pertanyaan
membuat aku pergi ke sebuah negri yang sering kusebut negri lamunan atau
khayalan ataupun perenungan. Di dalam negri tersebut aku tidak langsung menemukan
jawabannya tetapi aku harus melalui berbagai perjalanan. Dan yang pasti saya
lakukan adalah menulis semua tentang perjalanan di negri khayalan.
Yang dapat aku simpulkan
dari perjalananku di negri lamunan itu adalah tidak semua perenungan itu berujung
pada jawaban. Seringkali, malah pertanyaan barulah yang lahir. Tak Masalah bagiku,
ketika pertanyaan itu tak terjawab. Karena bagiku, hidup adalah proses
bertanya. Dan jawaban ialah singgahan dinamis yang bisa berubah seiring dengan
berkembangnya dan berubahnya pemahamanku.