Kini tak ada lagi yang memenuhi kotak inbox di handphone-ku. Tak ada lagi sapamu yang selalu memanggilku dengan kata teraneh itu. Tak ada lagi ocehanmu yang menyemangatiku. Tak ada lagi yang menemaniku disaat aku menangis. Tanpamu... semua berbeda dan tak lagi sama.
Aku terbangun, membuka mata dan berharap hari-hariku berjalan seperti biasanya, walau tanpamu. Pagi ini sangat berbeda. Aku merasakan sesuau yang hilang. Tak ada lagi yang mengingatkan untuk menjaga pola makanku. Bukan masalah besar bagiku, aku sudah terbiasa sendiri, aku sudah mandiri dan aku sangat tahu pasti apa yang harus aku lakukan.
Perasaan ini sangat sulit untuk di jelaskan. Tanpa dirimu, aku seperti di negeri antah berantah, yang tak tau apa aku masih hidup atau tidak. Kamu juga menjadikan diriku sebagai orang yang di asingkan ke dunia yang tak kuketahui. Aku memandang bayangan diriku yang ada di dalam cermin. Aku memperhatikannya, seperti tak ada sosok diriku dalam bayangan cermin itu. Aku sangat tak mengenali diriku yang sekarang. Kamu membuang setengah jiwaku ke tempat yang mungkin sulit untukku jangkau. Entah dimana harus ku cari jiwaku yang telah hilang itu. Aku sangat kehilangan arah. Ingin rasanya aku melempari sesuatu agar bisa memecahkan cermin yang ada di depanku itu. Agar aku tak menyadari perubahan yang begitu besar ketika dirimu menghindari dari aku. Aku terlalu lemah untuk menghadapi ini semua.
Aku benci ini semua. Entah mengapa dalam peristiwa seperti ini harus ada yang terluka, sementara kamu bisa saja tertawa. Kamu tertawa tapi kamu tak melihat disini aku terluka. Aku tak tau harus berbuat apa?
Aku heran, sebegitu mudahnya kah dirimu untuk mendapatkan kebahagiaan lagi?? Dan aku lihat, kamu sangat gampang sekali melupakan, apa yang telah terjadi. Aku hanya ingin tahu isi otakmu dan hatimu!!
Jam berganti hari, haripun berganti minggu. Aku berusaha mengikhlaskanmu. Aku tak mampu memperjuangkanmu kembali. Aku hanya bisa menatap dirimu pergi. Kepergianmu itu sangat tidak beralasan. Aku mulai terbiasa disini tanpamu sekarang.
***