Jumat, 16 Agustus 2013

Selalu Ada Pertanyaan ##


Penulis yang baik, konon bekerja mulai dari apa yang ia tahu. Penulis yang lebih baik mestinya memperkaya apa yang ia tahu itu dengan banyak hal yang orang lain belum tahu. Harus punya banyak akal untuk membuat mereka penasaran.

Sebagai mana awal dari sebuah karya kreatif, aku memulai proses berkarya dengan beberapa pertanyaan.
Selama beberapa tahun terakhir ini aku banyak bertanya tentang sebuah makna perubahan, kelahiran, dan kematian. Meski sudah banyak pertanyaan yang aku pertanyakan, masih saja terselip pertanyaan tentang cinta, persahabatan, dan kekeluargaan.

Mulai dari pertanyaan tentang perubahan. “Kenapa harus ada perubahan sifat disetiap manusianya?”.

Pertanyaan tentang kelahiran “Dimanakah aku sebelum aku dilahirkan? Apakah aku ada dalam rahim ibu? Tetapi jiwaku? Jika didalam rahim ibu aku sudah memiliki jiwa, berarti aku bisa merasakan sesak sempitnya rahim!”.

Dan pertanyaan tentang kematianlah yang paling aku pertanyakan “Seperti apa mati itu?” “Apa yang dilakukan orang yang telah meninggal?” “Apakah orang yang sakit akan bisa merasakan sakitnya ketika mereka sudah meninggal?” “Apa masih bisa aku mengingat orang yang aku sayang ketika aku telah tiada?” “Apa sebenarnya Surga itu? Dan apa Neraka itu?”



Dan ini pertanyaanku yang mungkin lebih banyak tentang cinta “Mengapa cinta harus ada disetiap manusia?” “Mengapa dua dari mereka saling bertemu dan merajut cinta?” “Kenapa selalu ada kata pengorbanan untuk pembuktian cinta?” “Apa arti cinta dalam harfiahnya?” “Apa itu kesetiaan?” “Cinta bisa hadir karena terbiasa! Apa semudah itu?” “Kenapa harus ada yang namanya, cinta tak terbalas?” “Kenapa harus ada tetesan airmata demi cinta?” “Kenapa harus ada yang namanya perpisahan?”

“Dan kenapa selalu ada kata pengkhianatan dalam persahabatan?” Dan tentang keluarga “Kenapa harus ada pertengkaran disetiap masalahnya?” “Kenapa ada kata ‘semoga menjadi keluarga yang sakinah’ padahal ujung-ujungnya berantakan dan berujung pada perceraian?”

Berbagai pertanyaan membuat aku pergi ke sebuah negri yang sering kusebut negri lamunan atau khayalan ataupun perenungan. Di dalam negri tersebut aku tidak langsung menemukan jawabannya tetapi aku harus melalui berbagai perjalanan. Dan yang pasti saya lakukan adalah menulis semua tentang perjalanan di negri khayalan.

Yang dapat aku simpulkan dari perjalananku di negri lamunan itu adalah tidak semua perenungan itu berujung pada jawaban. Seringkali, malah pertanyaan barulah yang lahir. Tak Masalah bagiku, ketika pertanyaan itu tak terjawab. Karena bagiku, hidup adalah proses bertanya. Dan jawaban ialah singgahan dinamis yang bisa berubah seiring dengan berkembangnya dan berubahnya pemahamanku.