Senin, 12 Agustus 2013

About Japan - Tradition Eat Sushi


"Kaitenzushi", restoran yang menyediakan hidangan sushi mereka di atas ban berjalan (conveyor belt) adalah salah satu kontribusi Jepang yang paling terkenal terhadap dunia wisata kuliner. Konsepnya sederhana: para konsumen duduk mengitari ban yang berputar kemudian mengambil menu yang mereka inginkan dari meja yang penuh dengan sushi.

"Conveyor belt sushi / Kaitenzushi", a restaurant that offers sushi dish them on the conveyor belt (conveyor belt) is one of Japan's most famous contribution to the culinary world. The concept is simple: consumers sitting around a revolving tire and then take the menu that they want from a table full of sushi.



Tapi sekarang ada sebuah tren baru di Jepang yang sepertinya akan mengancam sistem ban berjalan tradisional. Para konsumen disana sudah tidak begitu tertarik lagi untuk mengambil piring mereka dari meja yang berputar. Jadi sekarang, conveyor belt hanya digunakan sebagai tampilan menu makanan biasa. Para konsumen akan memilih makanan yang mereka inginkan dari piring-piring kecil di atas ban berjalan tersebut, kemudian baru memesannya kepada pelayan.

But now there is a new trend in Japan that seem to threaten traditional conveyor systems. The consumers there are not so keen anymore to take their plates from the table that rotates. So now, the conveyor belt is only used as a regular food menu display. The consumer will choose the food they want from small plates on top of the conveyor belt, then a new order to the waiter.


Tren baru tersebut nampaknya dipengaruhi oleh sistem pemesanan melalui touch panel (layar sentuh) yang sekarang sudah digunakan di banyak restoran kaitenzushi. Touch panel yang diaplikasikan di bilik hidangan memberikan kebebasan bagi konsumen untuk menggulir halaman demi halaman di menu sushi yang tersedia.

The new trend seems to be influenced by the ordering system via the touch panel (touch screen) is now used in many conveyor belt sushi restaurant. Touch panels are applied in the booth dishes provide freedom for consumers to scroll through page after page on the sushi menu available.

Salah satu keunggulan dari sistem ini adalah pesanan yang dibuat oleh para konsumen akan langsung ditujukan kepada sang koki, sehingga meminimalisir waktu yang dibutuhkan hidangan untuk bisa sampai ke meja makan.

One advantage of this system is the order made by the customer will be directed to the chef, thus minimizing the time it takes to get to the meal table.

Perubahan terhadap tradisi kaitenzushi yang berumur hampir 60 tahun ini sudah mempengaruhi seluruh restoran sushi ber-conveyor di Jepang. Di kota dimana kepuasan konsumen adalah sesuatu yang diutamakan, para pemilik bisnis yang tidak menyediakan sistem touch panel ini pun berusaha berakomodasi dengan sistem kerja yang sama dengan touch panel - hanya saja tanpa touch panel itu sendiri. Dengan kata lain, mereka yang ingin menyantap makanan yang berputar di atas conveyor belt tinggal memesan pilihan mereka kepada pelayan dan menunggu makanan itu dihidangkan.

Changes to Kaitenzushi tradition nearly 60 years old is already affecting the entire air-conveyor sushi restaurants in Japan. In the city where customer satisfaction is something that takes precedence, the business owner does not provide the system's touch panel was trying berakomodasi the same working system with touch panel - only without the touch panel itself. In other words, those who want to eat foods that are spinning on a conveyor belt living book of their choice to the waiter and wait for the food was served.



Maruha Nichiro Corp, sebuah perusahaan seafood di Jepang, mengonfirmasi perubahan yang signifikan ini setelah melakukan survei terhadap 1000 warga Tokyo. Para responden adalah mereka yang mengunjungi restoran-restoran sushi sekali dalam sebulan atau lebih. Sebanyak 38.9% menyatakan mereka masih setia terhadap sistem conveyor belt tradisional, sedangkan sisanya mengatakan bahwa mereka sudah terbiasa memesan menu makanan dari pelayan.

Maruha Nichiro Corp., a seafood company in Japan, confirming the significant changes after conducting a survey of 1000 citizens of Tokyo. The respondents were those who visited the sushi restaurants once a month or more. A total of 38.9% said they were still loyal to the traditional belt conveyor system, while the rest said that they were already accustomed to ordering food menu from the waitress.

Tidak ada yang tahu bagaimana nasib kaitenzushi di masa depan. Sebagian restoran di Jepang bahkan sudah membuang conveyor belt mereka dan menggantinya dengan touch panel, memungkinkan para konsumen untuk menerima hidangan mereka ala 'fresh-from-oven', alih-alih mengambil sushi yang sudah terpajang entah berapa lama di atas meja yang berputar, meskipun dengan begitu mereka bisa langsung menyantap makanan pilihan mereka.

No one knows what will happen in the future Kaitenzushi. Most restaurants in Japan even got rid of them and replace conveyor belt with touch panel, allowing consumers to receive their dishes ala 'fresh-from-oven', instead of taking the sushi that has been framed knows how long on a rotating table, though so they can immediately eat food of their choice.

#sumber : http://www.jepang.net/2013/04/tradisi-makan-sushi-di-jepang-sudah.html