"Doa Sang Bumi"
Mereguk ke dalam rongga paruku hingga sesak..
Membasahi setiap keringnya kisi hati..
Mengusap semua nestapa dan hibur kelam yang ada..
Membuat kita kian terlena..
Begitu dalam dan sangaaat dalam..
Membuat lubang angkara tanpa terasa..
Kita hanya bisa berdecak kagum..
Saat bumi berpanorama asri..
Saat angin semilir melambaikan setiap pepohonan nan hijau..
Dan kita terbuai tidur hingga lengah..
Akan amanah yang harus kita jaga..
Demi gemerlap suatu kisi kehidupan..
Angkara terukir segaris, setitik, dan kelamaan kian menggunung..
Entah pada sang alam ataukah manusia dan mahluk hidup di sekitarnya..
Mencontreng keelokan paras sang bumi..
Merobek setiap koreng yang bernanah..
Dan terus membuat palung yang begitu curam..
Lihatlah tanah kian mengkerut..
Mengernyit dengan gemeretak lelah..
Menahan angkara manusia di atas perutnya..
Peluh tanpa dirasa …
hingga gembur nuansa kian nyata..
Aku perih, pedih, menangis, seperti teriris sembilu..
Sadarkah aku telah tua dan renta ?
Menahan semua ambisi dan angkara manusia …
Terinjak-injak dan terus menusukku tanpa nurani..
Aku kan terbelah …
Lambat laun …
Maafkan aku sang manusia
Jikala kiamat datang melalui diriku..
Tanpa dapat ku halangi dan ku sangkal..
Aku telah renta setelah sekian abad aku berputar..
Aku tak lagi baik untukmu …
Aku kan gersang tak lama lagi …
Aku semakin panas …
Ku mohon … dan kumohon …
Tentang belas kasihan melalui belai kasihmu..
Menuai kedamaian di atas perutku..