Festival
Musim Panas Di Jepang
1. Festival
Kembang Api (Hanabi Matsuri)
Musim
panas di jepang identik dengan Festival kembang api dan semangka. Di berbagai
tempat, mulai ramai diadakan persiapan untukmenyambut festival tersebut.
Toko-toko mulai menjajakan ‘Yukata’ (kimono sederhana utk musim panas), yang
biasanya akan dikenakan oleh tua - muda, pria - wanita saat menyaksikan
festival kembang api di malam hari.
Festival
ini selalu dilakukan di lapangan luas dekat sungai dan tanpa dipungut bayaran,
dengan maksud untuk melepaskan segala lelah di musim panas, dengan melihat
keindahan berbagai macam bentuk kembang api di malam hari. Para penonton datang
dari berbagai tempat. Untuk mendapatkan posisi tempat duduk ‘lelesan’ yang
strategis, beberapa orang rela berdatangan beberapa jam sebelum acara di mulai
ke tempat tersebut.
Para
penonton berdatangan secara berkelompok bersama keluarga, rekan kerja atau
berpasangan. Mereka sengaja membawa tikar plastik sebagai alas duduk dan bekal
yang akan dinikmati sambil menyaksikan indahnya kembang api yang ditampilkan di
malam itu.
Berbagai
bentuk kembang api ditampilkan secara artistik membuat suasana malam gelap
berubah terang benerang penuh dengan warna-warni membuat mata terbelalak penuh
pesona. Tetapi penonton perlu kesabaran tinggi saat pulang dari melihat
festival kembang api ini. Stasiun kereta api, yang merupakan tempat
transportasi utama di jepang, akan lebih berdesakan dari biasanya, karena semua
orang yang melihat festival tersebut pulang pada saat bersamaan. Begitupun
stasiun yang jaraknya dekat, akan terasa jauh sekali, karena antrian pejalan kaki
yang panjang dari tempat festival kembang api sampai ke stasiun.
2.Festival
Arwah (Obon Matsuri)
Festival
Obon bagi orang jepang merupakan salah satu perayaan penting seperti layaknya
tahun baru. Dilaksanakan pada pertengahan July (Western Julian Calender) atau
Agustus (Chinese Lunar Calender), yaitu sekitar tanggal 13 sampai tanggal
15/16.
Festival
Obon diambil dari agama Budha, memiliki arti menyambut kedatangan para arwah
keluarga yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa di sekitar musim panas para
arwah berkunjung ke bumi, oleh karena itu perlu dilakukan penyambutan.
Tidak
heran jika pada bulan ini, supermarket atau departemen store mulai ramai
menjajakan makanan khusus untuk perayaan Obon (Arwah). Si pembeli akan
mempersembahkan makanan tersebut di depan altar abu keluarga yang telah
meninggal, sebagai tanda penyambutan arwah, kemudian mereka melakukan doa
bersama.
Acara
ritual yang biasa dilakukan saat festival Obon adalah melakukan tarian yang
disebut Obon Odori (ancentour’s soul folk dance), pada malam hari. Mereka
percaya bahwa saat melakukan tarian sang arwah pun turut bergembira menari
bersama.
Tua,
muda, anak-anak, laki, perempuan dengan memakai yukata (summer kimono)pada
malam itu berkumpul bersama di suatu lapangan luas, membentuk lingkaran besar,
bergembira menarikan Obon Odori. Music pengiring obon odori (tarian arwah)
biasanya diletakan di dalam lingkaran tersebut, yang disebut Yagura (standing
stage) yaitu berupa tabuh gendang. Obon
Selain
tarian Obon Odori, mereka pun biasanya membuat Toro Nagashi (floating paper
lantern), yaitu lentera yang didalamnya diberi lilin menyala. Lentera ini
kemudian dialirkan ke sungai atau digantungkan di depan kuil, untuk mengantar
para arwah pulang ke makamnya masing-masing (Ohaka = family tomb).
Kuil-kuil
di hari festival Obon, akan penuh dengan lentera, yang digantungkan oleh para
keluarga yang masih hidup. Wangi kemenyan akan merebak di sekitar kuil, seiring
dengan banyaknya lentera yang tegantung.